Bahaya Penyakit Kaki Gajah
CekSehat - Hallo bung, kembali memposting lagi nih, kali ini penulis akan bercerita tentang Penyakit Kaki Gajah.
Penyakit kaki gajah mulai ramai diberitakan sejak akhir tahun 2009 yang lalu, akibatnya terjadi kematian pada beberapa orang. Sebenarnya penyakit ini sudah mulai dikenal sejak 1500 tahun silam oleh masyarakat, dan mulai diselidiki lebih mendalam pada tahun 1800 untuk mengetahui penyebarannya, gejala serta upaya mengatasinya. Ketika ditahun 1970, obat yang lebih tepat untuk mengobati filarial ditemukan. Rubrik ini berusaha menjelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi dan mengapa pencegahan Penyakit Kaki Gajah harus segera dilaksanakan.
Penyakit filaria yang disebabkan oleh cacing khusus cukup banyak ditemui di negeri ini dan cacing yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Penelitian di Indonesia menemukan bahwa cacing jenis Brugia dan Wuchereria merupakan jenis terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara cacing jenis Brugia timori hanya didapatkan di Nusa Tenggara Timur, khususnya di pulau Timor.
Di dunia, penyakit ini diperkirakan mengenai sekitar 115 juta manusia, terutama di Asia Pasifik, Afrika, Amerika Selatan dan kepulauan Karibia. Penularan cacing Filaria terjadi melalui nyamuk dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Indonesia sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan nyamuk Culex, nyamuk Aedes Aegypthy dan pada jenis nyamuk Anopheles. Nyamuk Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan Nyamuk Aedes dan Anopheles dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
Perjalanan penyakit ini dimulai dengan digigitnya penderita Kaki Gajah yang memepunyai larva Filaria type apa saja. Dalam perkembangan dari larva muda Filaria yang dihisap oleh nyamuk hingga menjadi larva filarial infektif di dalam tubuh nyamuk berlangsung selama 1 hingga 2 minggu, Perkembangan mulai masuknya larva dari nyamuk ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangsung selama 3 hingga 36 bulan. Tentunya dibutuhkan ratusan hingga ribuan gigitan nyamuk pada calon penderita Filaria hingga bisa menyebabkan penyakit filarial, disamping menurunnya kondisi calon penderita karena penyakit lain, terlalu letih atau kurang gizi.
Di sisi lain, bila badan penderita kuat dan telah berulang kali digigit nyamuk pemnawa larva filarian, dapat menyebabkan timbulnya kekebalan yang cenderung meningkat, namun berpotensi membawa larva filaruasis.
.jpg&container=blogger&gadget=a&rewriteMime=image%2F*)
Jadi, orang-orang di kampung yang sudah biasa digigit (dihisap) nyamuk Aedes atau Culex akan lebih kebal dibanding orang-orang yang berada kota yang kebetulan sedang bepergian ke daerah-daerah perkampungan yang endemis filariasis. Timbulnya penyakit filariasis bermula dari radang saluran kelenjar getah bening akibat dilalui cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria).
Cacing Filaria dewasa akan melalui saluran kelenjar getah bening atau muara muara kelenjar getah bening sehingga menyebabkan pelebaran dan kerusakan kelenjar getah bening yang dilaluinya. Pelebaran kelenjar getah bening menyebabkan banyaknya keluarnya cairan plasma dari pembuluh darah ke jaringan otot dan kulit serta merusaknya, disekitar kelenjar getah bening yang rusak dan menyebabkan penebalan pada pembuluh darah di sekitar kelenjar getah bening yang rusak.
Selain itu, kelenjar getah bening yang rusak akan berkelok kelok dan menjadi bengkak. Hampir semua pendrita Filaria tidak terdeteksi oleh mata kecuali bila telah terjadi komplikasi pada payu dara, buah zakar atau pada kaki. Namun bila ada satu penderita Filaria yang menderita komplikasi, berarti telah terjadi penyebaran Filaria pada masyarakat ditempat tersebut. Untuk mendeteksi secara awal dan mudah dilakukan pemeriksaan darah tepi berkala dari telunjuk tangan masyarakat didaerah tersebut, sesuai dengan jenis Filaria yang diduga berkembang ditempat tersebut.
Jadi, pengambilannya dapat dilakukan siang dan malam hari. Dapat pula melalui pemeriksaan mahal seperti ELISA dan berbagai test lainnya. Tanda tanda awal sangat bervariasi, dapat berupa kencing yang berdarah dan terdapat protein pada air seninya atau kencing bernanah pada pagi hari. Dapat pula ditandai dengan demam tinggi, peradangan kelenjar getah bening serta pembengkakan yang bersifat lokal, dan peradangan pembuluh darah balik.
Pada pria, dapat terjadi peradangan pada daerah buah zakar bila penyebabnya Filaria Wuchereria .bancrofti, Gejala awal dapat pula berupa gejala berupa demam tinggi, menggigil, nyeri otot serta sakit kepala.. Hingga sekarang pencegahan Filaria utama sesuai dengan rekomendasi WHO, pada masyarakat adalah dengan pemakaian obat golongan Diethilcarbamazyne (DEC) dan golongan Albendazole secara masal, walaupun sering didapatkan komplikasi dari obat obatan tersebut.
Pada kasus Filaria yang masih ringan dan terinfeksi sebaiknya diberikan antibiotik seperti golongan doxycyccline, sertau bagi pencegahan dan obat penghilang rasa sakit dan demam, seperti paracetamol Obat obatan pentakit Filaria tidak boleh diberikan pada orang dewasa diatas usia 60 tahun , penderita Kencing Manis, penderita Jantung atau penderita Asma Bronchiale kronis. Efek samping dari obat anti Filaria adalah demam, menggigil, nyeri sendi , sakit kepala, mual, hingga muntah. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari jumlah parasit yang beredar di dalam darah serta sering menimbulkan gejala hipersensitivitas akibat antigen yang dilepaskan dari sisa sisa sel-sel cacing yang sudah mati.
Reaksi hipersensitivitas juga bisa terjadi akibat radang dari lipoprotein lipolisakarida dari organisme intraseluler Filaria. Kalaupun ada kematian, hal tersebut akibat dari penyakit lain atau hipersensivitas terhadap obat penyerta seperti paracetamol dan sebagainya. Yang paling penting selain pengobatan klinik filariasis ialah pendidikan dan promosi pada masyarakat sekitar untuk memberantas sarang nyamuk dengan gerakan 3M, sama seperti pemberantasan demam berdarah (DBD).
Terima kasih telah membaca sampai habis, semoga bermanfaat bagi Anda.

0 komentar:
Posting Komentar